Renungan Hari Minggu Biasa XIV: Tidak Diterima

yesus-mengajar-di-sinagoga-di-nazaret.jpg

Bacaan I : Yeh 2:2-5
Bacaan II : 2 Kor 12:7-10
Bacaan Injil : Mrk 6:1-6

Dalam injil hari minggu ini kita mendengar bagaimana Yesus yang Mesias itu ditolak, bahkan oleh orang-orang dari kampung halamannya sendiri. Mereka menginginkan Mesias yang macam lain! Mesias yang perkasa, yang dapat mengalahkan orang-orang Romawi, yang menjajah mereka pada waktu itu. Mereka tidak dapat mengerti dan tidak dapat menerima bahwa Mesias datang dari suatu keluarga miskin dan yang mengajarkan tentang cinta kasih, perdamaian, kerendahan hati dan kesabaran tepat pada masa rakyat ditindas dan dijajah! Mereka menginginkan Mesias yang akan memangku jabatan raja, yang akan membebaskan dan mensejahterakan hidup mereka. Mesias yang akan memenangkan mereka dengan senjata.
Mesias yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, mereka tolak. Oleh sebab itu mereka, bahkan sanak saudara Yesus sendiri, menolak-Nya. Dan Injil menceriterakan bahwa karena itu Yesus tak dapat mengerjakan mukjizat di sana.

Orang Nazareth menolak Yesus, karena Ia begitu manusiawi, karena Ia sama seperti mereka sendiri, seorang yang keluarga-Nya mereka kenal. Kita manusia mengagumi yang luar biasa, hal-hal yang menyolok mata. Kalau Allah mau tinggal di antara kita, janganlah Dia dilahirkan sebagai bayi di tempat sunyi. Kita suka seperti yang dianjurkan setan, agar Dia secara ajaib tiba-tiba muncul di atas menara bait suci dan terjun dari sana. Kalau Ia langsung turun dari langit dan memperdaya kita dengan hal-hal ajaib, kita rela mengikuti Dia. Tetapi Allah memilih jalan lain, jalan yang sangat sederhana, Dia tinggal sebagai sesama yang kita kenal, hidup sama seperti kita. Yesus tidak suka yang sensasional. Ia tidak pernah mengadakan mukjizat untuk ‘show’, untuk memperdaya orang. Yesus hanya mengadakan mukjizat untuk membantu orang dalam kesukarannya. Ketika Allah tinggal di antara kita, Ia menjadi manusia benar. Ia bersifat sangat manusiawi dan menjadi tetangga kita.
Tetapi justru dengan itu kita menolaknya!!

***

Penolakan Mesias terjadi sampai sekarang, karena Mesias dan ajaran-ajaranNya sering tidak sesuai dengan keinginan dan kehendak kita. Sampai sekarang ini Yesus masih terus mau mengunjungi kita dengan cara yang sederhana sekali, yaitu lewat saudara-saudaraNya yang paling kecil. Namun kita menolak-Nya kalau Ia datang dengan cara itu.

Kalau Yesus dalam diri Paus betapa kita akan tidak segan mengorbankan banyak uang, karena mau bertemu dengan Kristus dalam diri Paus dan menerima berkatnya. Tetapi dalam diri saudara-saudari yang berkekurangan di samping kita, dalam tetangga kita yang membutuhkan beberapa kata peneguhan, di situ kita tidak mau bertemu dengan Kristus, menolaknya, menyuruhnya pergi ke tempat lain.
Padahal, dalam injil, Yesus tidak mengatakan: Aku datang sebagai Paus dan kamu tidak menerima Saya. Di sana Ia mengatakan, Aku lapar dan haus…….tetapi kamu tidak menerima Aku!!

Pada suatu hari Tuhan berjanji kepada seorang nyonya tua bahwa dia akan mengunjunginya hari itu. Tentu, nyonya tua itu sangat bangga. Dia membersihkan dan mengelap serta meletakkan segalanya dengan rapi. Kemudian dia duduk dan menunggu kedatangan Tuhan.

Tiba-tiba ada seseorang mengetuk pintu. Dengan tergesa-tergesa, dia berlari ke arah pintu, dan dengan tak sabar membuka pintu itu. Ternyata yang dilihatnya hanyalah seorang pengemis uang berdiri di luar. “Jangan, jangan hari ini, demi Tuhan pergilah. Saya sedang menunggu kedatangan Tuhan sebentar lagi, saya tidak bisa repot-repot dengan kamu”. Jadi dia mengusir pengemis itu dan menutup pintu.

Setelah beberapa saat, terdengar lagi ketukan di pintu. Kali ini nyonya tua itu dengan lebih cepat membuka pintu. Tapi apa yang dilihatnya? Hanya seorang tua yang miskin. “Saya sedang menunggu kedatangan Tuhan. Maaf, saya tidak bisa mengurusi kamu hari ini”, katanya sambil membanting pintu.

Beberapa saat kemudian, terdengar lagi ketukan di pintu. Dia membu-kanya dan ternyata yang berdiri di sana adalah seorang pengemis yang lapar dan berpakaian compang-camping, yang terus menerus meminta sedikit roti dan ijin menginap. “Oh, tinggalkan tempat ini. Saya sedang menunggu Tuhan! Saya tidak bisa mengurusi kamu sekarang”. Pengemis itu lalu pergi, dan nyonya tua itu kembali duduk.

Jam demi jam telah berlalu dan sore pun segera datang, tapi masih belum ada tanda bahwa Tuhan akan datang. Nyonya itu menjadi sedikit khawatir. Di mana gerangan Dia?

Akhirnya, dia pergi tidur dengan hati yang berat. Dia segera tertidur dan bermimpi bahwa Tuhan telah datang padanya dan berkata, “Aku datang kepadamu tiga kali hari ini dan kamu mengusir Aku”.

Kita mungkin akan selalu mengusir Tuhan, paling kurang tidak menghiraukannya, kalau Dia datang dengan cara itu. Terlalu sederhana dan tidak menarik, bahkan menjengkelkan!! nn

Sumber: Buku Homili Tahun B- Komisi Kateketik KWI oleh Rm. Yosef Lalu, Pr

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *